Selamat pagi, Pagi
Selamat merekah kembali kuncup-kuncup
Embun itu…
Bening….
Ambilkan gelas ambilkan bejana
“Jangan!”
Sergah embun
“Aku bukan pelipur dahagamu, aku bukan isi gelap perutmu,
Aku adalah penghibur, pencerah gelap matamu
Aku…
Titisan cahaya
Bertahta di pucuk-pucuk rumput
Menunggu hangat dekapan udara
Tuk menyatu kembali menjadi Matahari…
Selamat pagi juga sahabatku,
Terimakasih menyapaku
”
Begitulah pagi
Yang datang pun akan pergi!
(Surabaya, 23 April 2014)
1 comment
wah, mantab ini puisinya. tak terasa meneteskan air mata.. tapi tidak tahu. air mata kesedihan atau kebahagiaan