Panas tak acuh-Mu berasa terik
Membungkam kran-kran hidupku
Tak setetes air pun mengetuk bejana rindu
Kau uapkan segala rasa terkapar menggelepar di udara
Tak sedikit pun mampu mencuri lagi tatapan indah-Mu
Saat mentari tenggelam di akar-akar rumput terbakar
Tanah setia-Mu bertelau retak
Angin berdahak menghembus parau
Pontang-panting tersesat di jiwa tandus
Nyanyian lembah terdengar serak
Berdentang tembang menyayat kalbu
Tuhan,
Kapan Kau hapus kemarau hati
Segera datangkan embun
Sejuk menitik dalam lelehan tangis
Hingga tunduk terpuruk perangai buruk
Di tempa di kawah Ampunan-Mu
Surabaya, 23 Agustus 2011